Diet dikatakan ekstrim jika penurunan berat badan terlalu banyak dalam waktu yang terlalu cepat. Benarkah cara ini malah bikin gemuk?
Kebanyak tujuan orang berdiet itu adalah untuk turun berat. Itulah mengapa saat seseorang menjalani diet yang ekstrim, mereka akan senang melihat angka timbangan bergerak jauh ke kiri dalam jangka waktu singkat. Jangan senang dulu! Sesuatu yang instan biasanya tidak bertahan lama.
Demikian pula dengan penurunan berat badan secara instan melalui diet ekstrim. Kecil kemungkinannya tubuh Anda bisa tetap langsing jika menjalani diet ekstrim. Mengapa demikian? Menurut pakar kami, dr. Grace Judio, MSc, diet ekstrim memiliki lebih banyak kemungkinan untuk gagal karena membuat Anda terjebak dalam siklus yoyo.
Berat badan yang naik-turun seperti yoyo membuat Anda tambah lama tambah sulit menurunkan berat badan. Sebaliknya berat badan Anda malah semakin cepat melambung. Ini terjadi karena kenaikan berikutnya biasanya lebih besar daripada berat sebelumnya, sedangkan penurunan berat badan menjadi semakin sedikit.
Idealnya penurunan berat badan itu bukan 3-5 kg seminggu seperti yang dijanjikan diet-diet populer yang banyak beredar di internet. Menurut dr. Grace, penurunan 1-1,5 kg per minggu masih masuk dalam batas normal. Itu sekitar 5-10 % dari berat badan dalam jangka waktu 3-4 bulan. Tanpa diet ekstrim pun, Pemenang I lightWEIGHT Challenge 2014 ini berhasil menurunkan berat badan hingga 30 kg dalam waktu 3 bulan.
Sebagai konsultan penurunan berat badan, dr. Grace selalu menerangkan mengenai prinsip kalori masuk harus lebih sedikit dari kalori yang keluar kalau ingin turun berat badan. Jika ingin mengetahui cara menghitung kalori, Anda dapat mengikuti program lightWEIGHT. Cara ini terbukti efektif untuk menurunkan berat badan 3,5 kali lebih banyak dari program reguler dengan konsultasi dan terapi penjunjang.
Penyebab Gagal Diet
Sahabat lightHOUSE yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan pasti merasa menjalani program diet bukan perkara yang mudah. Mungkin banyak dari Anda yang gagal di tengah jalan, atau tidak mampu mempertahankan berat badan ideal yang sudah dicapai. Menurut dr. Grace, selain membutuhkan pengaturan gizi dan olahraga, masalah obesitas memang membutuhkan perubahan cara berpikir.

Berikut tujuh faktor penyebab kegagalan penurunan berat badan menurut dr. Grace :
1. Kontrol diri yang lemah
Hal utama yang menyebabkan program diet seseorang gagal adalah akibat kontrol diri yang buruk, terutama bila menghadapi banyak tawaran makan, tuntutan pekerjaan, dan stres. “Ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol diri memang menjadi faktor penyebab utama naik turunnya berat badan. Makanya, kontrol diri menjadi faktor yang sangat penting di dalam mengubah gaya hidup maupun pola makan seseorang,” papar dr. Grace.
2. Kurangnya tujuan dan motivasi
Bila alasan Anda kurang kuat dan tidak masuk akal, maka program penurunan berat badan Anda akan berhenti di tengah jalan karena kehilangan motivasi atau motivasi yang salah. Motivasi penting karena pasti akan ada banyak halangan dan rintangan dalam menurunkan berat badan. Bila Anda menjadikan pergantian tahun sebagai momen untuk memulai diet, tidak masalah.
3. Tidak menguasai program yang baik dan benar.
Prinsip penurunan berat badan hanya satu, yaitu pengeluaran kalori harus lebih besar daripada asupannya. Program paling baik adalah dengan gizi berimbang, porsi yang cukup dan mengenyangkan tapi rendah kalori. Ini bisa dicapai dengan menghindari lemak, gula, dan olahan tepung. Berkonsultasilah dengan ahli gizi untuk mendapatkan pola makan yang benar.
4. Menjalani program tanpa bimbingan
Sebagian orang bisa membatasi makanan dan berolahraga sendiri, sebagian lagi tidak. Melawan arus akan lebih sulit daripada berenang sesuai arus. Bergaul dengan komunitas peduli kesehatan akan memantapkan semangat Anda.
5. Memiliki problem psikologis yang menjadi akar masalah
Bila Anda memuntahkan makanan atau memakai pencahar setelah makan berlebih; atau makan di kala stress; atau setiap bosan lari ke makanan; serta terobsesi pada makanan atau bentuk tubuh tanpa alasan yang masuk akal? Jika ya, kemungkinan besar Anda mengalami eating disorder atau gangguan makan yang merupakan kelainan psikologis. Bila tidak ditangani dengan benar, kemungkinan berat badan Anda akan semakin besar.
6. Memiliki problem kesehatan yang mengganggu berat badan.
Ketidakseimbangan hormon reproduksi pada wanita bisa memicu kenaikan berat badan. Demikian juga beberapa penyakit seperti kelainan hormon tiroid atau steroid, serta kekurangan growth hormone. Penyakit yang berakibat pada kurangnya gerak, seperti cedera lutut atau panggul, atau inflamasi pergelangan kaki dapat membuat Anda malas bergerak sehingga lebih susah lagi membakar kalori.
7. Pola Makan Tidak Sesuai dengan Kepribadian
“Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan, sebuah program penurunan berat badan sebaiknya disesuaikan dengan pola hidup dan kepribadian seseorang,” ujar dr. Grace yang merupakan pendiri klinik lightHOUSE. Ia menambahkan, orang dengan tipe kepribadian yang penurut akan berbeda dengan orang yang senang berimprovisasi saat berdiet. “Si penurut akan lebih sukses menjalankan pola makan yang spesifik dan ketat pilihan makanannya. Sementara yang suka improvisasi biasanya lebih senang jika tahu tentang intisari program penurunan berat badan sehingga mengerti mana yang bisa membuat dia sukses atau gagal menjalankan diet,” dia menjelaskan.
Bila Anda ingin mengetahui diet yang cocok dengan tipe kepribadian Anda, lightHOUSE memiliki sistem khusus yang dirancang untuk mengeluarkan pola makan individual.
Karena itulah, dr. Grace menyarankan agar penanganan obesitas ini sebaiknya ditangani oleh tim multi disipliner yang terdiri dari dokter, ahli gizi, psikolog, dan dokter spesialis. “Masalah obesitas itu ada banyak sebabnya, sehingga harus ditangani secara komperehensif. Tidak cukup hanya dinasehati saja, tapi juga perlu dilatih bagaimana mengontrol dirinya,” ujarnya. Anda sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada di pusat penurunan berat badan yang komprenhensif untuk menuntaskan masalah berat badan Anda.}