Testimoni 3: Cara Penurunan Berat Badan Pemenang Ketiga lightWEIGHT Challenge 2015 - LIGHThouse Indonesia
Appointment
Appointment

Testimoni 3: Cara Penurunan Berat Badan Pemenang Ketiga lightWEIGHT Challenge 2015

Pastinya kendala utama turun berat datang dari diri sendiri. Terutama saat tidak bisa menolak lapar mata dan keinginan memanjakan lidah.

Sama seperti Sahabat ightHOUSE, Pemenang Ketiga lightWEIGHT Challenge 2015 Etty Kristiana, Karyawan Swasta, 42 tahun, ini merasa lapar mata menjadi kendala utama saat ingin menurunkan berat badan. Namun, dengan bantuan mentoring dari ahli gizi dan pengawasan medis dari dokter, Etty berhasil mengatasinya.

“Tapi setelah beberapa minggu berlalu, akhirnya saya sudah kebal godaan,” ujar Etty bangga. Ia menambahkan, saat di kantor ada yang bawa makanan, selalu saya bawa pulang. “Orang rumah yang merasakan makanan tersebut. Sementara saya sudah tidak tergoda, biarpun hanya mencicipinya saja,” katanya.

Selama menjadi Finalis lightWEIGHT Challenge, Etty mendapatkan arahan pola makan dari Ahli Gizi. “Saya hanya memakan yang sudah direncanakan hari itu. Apa bekal yang sudah dibawa, itu adalah makanan saya hari ini,” kata Etty.

Angka tertinggi berat badan Etty adalah 80 kg dengan tinggi 155 cm. Dihitung dari BMI, angka itu sudah tergolong obesitas. Menurut pengakuan Etty, obesitasnya akibat kurang kontrol diri dan kurang mencintai diri sendiri, “Sehingga apapun yang dilihat, dimakan tanpa memikirkan akibatnya buat badan.”

Susahnya Bertubuh Gemuk
“Banyak kendala yang saya alami dengan berat badan yang berlebih. Antara lain kaki saya sering sakit. Terutama saat bermain dengan anak, ketikan harus sering duduk, bangun, dan menggendong anak saya yang berumur 4 tahun yang sedang aktif-aktifnya,” kenang Etty.

Akibatnya Etty jadi kesulitan merespon keaktifan anaknya. Dia terkendala kaki yang sering ngilu dan lutut sakit. Ia pun jadi malas bergerak dan lebih memilih duduk diam. Sementara itu di kantor, kaki Etty sering linu dan pegal-pegal. “Saat di kantor setelah duduk, mau berdiri saja sungguh satu perjuangan karena kaki kesemutan, ujarnya.

Tubuh yang obesitas juga membuat Etty susah mencari baju yang bagus. “Model yang bagus, begitu dicoba, tidak muat. Akhirnya kalau beli baju tidak lihat model lagi, kalau muat langsung dibeli. Baju di lemari jadi seperti tidak karuan jenisnya,” Etty mengenang.

Dukungan Tim lightHOUSE
Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh Etty membuatnya membutuhkan bantuan profesional. Pakar-pakar yang sudah berpengalaman di bidangnya. Untunglah Etty lolos menjadi Finalis lightWEIGHT Challengge 2015 sehingga dapat memperoleh bantuan yang diperlukan dalam program penurunan berat badan paling komprehensif dan aman karena di bawah pengawasan medis.

“Bantuan yang paling dirasakan dari lightHOUSE adalah programnya yang komprehensif, melibatkan psikolog, dokter, dan ahli gizi  yang tidak didapatkan di klinik atau layanan penurunan berat badan lain,” ujarnya. Menurut Etty, lightHOUSE juga tidak menjanjikan hasil instant, tapi semua melalui tahapan masing-masing sehingga penurunan berat badan pun jadi aman dan berkelanjutan.

“Saya merasa aman selama menjalani terapi dan obat di lightHOUSE, karena setiap tindakan ataupun pengobatan harus konsultasi dulu dengan dokter, jadi semua di bawah pengawasan medis,” Etty menekankan.

Etty merasa semua orang di klinik lightHOUSE Indonesia sangat mendukung dan selalu menyemangati. “Ada saat-saat dimana saya sudah jenuh dan kadang marasa ingin berhenti, tapi ketika jadwal berkonsultasi dengan Ahli gizi  datang, mereka yang selalu menyemangati,” Etty bercerita.

Ia menambahkan, dokter yang menangani juga sangat informatif dan menjawab semua pertanyaan mengenai tindakan yang akan dilakukan. Belum lagi para perawat yang sangat ramah dan terus terang.

Di lightHOUSE Indonesia ini, Etty pertama kali mengalami sesi konsultasi dengan Psikolog. “Awalnya merasa takut, tapi ternyata sangat membantu mencari akar permasalahan perilaku makan saya yang salah,” ujarnya riang.

Peran psikolog itu penting, karena menurut Etty, mempunyai perubahan pola pikir dan perilaku itu penting. “Kita harus menyadari dulu bahwa penurunan berat badan bukan hanya tindakan sesaat, tetapi melibatkan pikiran dan pemahaman diri kita sendiri,” ujar Etty.

Perubahan Menyeluruh
Setelah menjalani program lightWEIGHT, Etty merasa sakit-sakit linu di kaki sudah tidak ada lagi. Sekarang saat beraktifitas badannya terasa ringan dan gampang bergerak. “Sebagai bonus dari berat badan yang sudah berkurang cukup banyak, adalah baju lama sudah muat lagi!” sorak Etty.

Selain secara fisik, perubahan perilau pun terjadi pada Etty. “Kebiasaan baru yang sekarang saya rasakan, sekarang saya jadi suka makan buah dan sayur. Sayur diapain aja oke untuk dimakan, karena saya percaya bahwa itu adalah makanan yang baik untuk tubuh saya,” ujarnya.

Sekarang Etty juga berolahraga minimum seminggu dua kali, entah itu berjalan kaki atau yoga. “Dan sekarang setiap melihat makanan di supermarket, saya selalu menyempatkan membaca label di kemasan makanan saat berbelanja. Sambil bertanya pada diri saya sendiri; Berapa kalori yang terkandung dalam makanan tersebut? Apakah saya membutuhkannya?” Etty menerangkan.

Kisah Etty telah menginspirasi banyak rekan di kantornya untuk mengatur pola makan. Bila Sahabat lightHOUSE juga merasa terinsirasi dan ingin mengalami langsung perubahan yang dialami Pemenang Ketiga lightWEIGHT Challenge 2015 ini, segera bergabung dengan lightHOUSE Indonesia. Segera kontak klinik terdekat kami sekarang juga.

 } else {

Copyright © 2022 LIGHThouse. All Rights Reserved.
FAQ