Inti berpuasa adalah mengontrol diri, dan yang terbesar (dan mungkin terberat bagi sebagian orang) adalah mengontrol diri dari makanan. Padahal, itu tak sesulit yang Anda bayangkan, kok.
Wajarnya manusia itu diciptakan sudah memiliki sinyal tubuh sendiri. Jika perut lapar maka akan ada sinyal tubuh yang memberi tanda bahwa sudah saatnya untuk makan. Permasalahannya seringkali nafsu makan itu muncul di saat tubuh kita tidak memberikan tanda lapar.
Menurut Psikolog Tara Adhisti de Thouars, B.A, M.Psi., nafsu makan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
- Nafsu mata, yaitu ingin makan sesuatu karena lapar mata
- Nafsu makan karena emosi, yaitu saat Anda stres atau butuh hiburan jadi ingin “lari” ke makan
- Nafsu lingkungan, yaitu makan karena dorongan lingkungan
Untuk bisa mengendalikan nafsu makan yang seperti itu maka dibutuhkan kontrol diri yang kuat. Tara menyebutkan, “Kontrol diri adalah suatu yang harus dilatih karena kontrol diri besar pengaruhnya dari dorongan alam bawah sadar dan juga kebiasaan.”
Jika ingin kuat menahan nafsu makan, terutama yang bukan disebabkan karena lapar, maka harus belajar dan berlatih kontrol diri agar selalu dapat menentukan perilaku yang tepat untuk diri sendiri.
Nafsu makan jangan ditahan
Jadi, apakah sebaiknya nafsu makan itu ditahan atau dikendalikan? Tara menjawab, nafsu makan karena lapar baiknya tidak ditahan karena memang tubuh membutuhkan asupan, hanya saja asupan makanannya yang harus diatur dan direncanakan sesuai kebutuhan.
Sementara itu, nafsu makan karena di luar rasa lapar itu sedikit lebih kompleks. Jika di satu sisi ditahan, maka batin akan marah. Namun, jika dituruti maka akan membentuk habit atau kebiasaan makan yang tidak sehat. Yang terbaik adalah untuk bisa merencanakan makan yang benar.
“Sesuaikan kebutuhan asupan makanan dengan sinyal lapar, perencanaan makan harian, dan juga kebutuhan kalori per harinya,” saran Tara. Jadi, tenang, nafsu makan tetap boleh dituruti asalkan sesuai dengan perencanaan makan dan kalori harian.
Untuk mengetahui lebih detil cara mengontrol nafsu makan, ikuti program lightHOUSE yang manfaatnya telah dirasakan banyak orang.

Relaksasi Saat Lapar
Menurut Tara, salah satu cara yang paling instan dan sederhana untuk mengatasi gejolak emosi karena lapar adalah berlatih relaksasi. “Dengan rileks, apapun gejala emosi yang dirasakan akan menurun sehingga otomatis kita akan merasa jauh lebih tenang dan sabar menghadapi godaan apapun, termasuk godaan makan,” jelasnya.
Sisi positifnya lagi adalah dalam keadaan rileks maka logika akan mengambil peran sehingga kita dapat menantukan perilaku makan yang paling tepat untuk kita sendiri.
Jadi bagaimana kalau kita saat sahur atau berbuka gara-gara ‘lapar mata’? Makan dalam keadaan tenang adalah yang paling dianjurkan agar tidak kalap saat sahur ataupun terutama saat berbuka puasa. Jika kita makan dalam keadaan tidak tenang, porsi yang dimakan akan jauh lebih banyak sedangkan rasa nikmat yang seharusnya dirasakan berkurang.
Alhasil, tubuh kita lebih mudah terasa begah karena tidak tahu kapan saat yang tepat untuk stop makan. Tara memberikan tips, “Tenangkan diri dan rileks sejenak. Biasakan makan perlahan-lahan agar memberikan waktu untuk lidah dan juga tubuh mengolah makanan yang sedang dimakan. Dengan begitu, kita akan tahu kapan saatnya untuk berhenti makan dan bisa merasakan nikmatnya makanan yang dimakan.”
Anda yang suka memasak, relaksasi juga bisa dilakukan dengan memasak untuk berbuka, lho.
Lapar mata, oh, lapar mata
Lapar mata bisa-bisa justru membuat berat badan cenderung naik selama bulan puasa. Hal ini mungkin saja terjadi dan tidak sedikit yang mengeluhkannya. Untuk mengatasi lapar mata, Anda harus membiasakan diri untuk berpikir dulu sebelum makan.
Utamakan makanan prioritas dahulu pada saat berbuka puasa, kemudian berikan tubuh waktu untuk mengolah makanan yang masuk terlebih dahulu. Bila sudah merasa kenyang (perut terasa penuh) maka napsu makan dan lapar mata kita tidak selalu perlu untuk dituruti karena kita sebenarnya punya kelebihan untuk berpikir mengenai apa yang terbaik untuk diri kita sendiri.
Kenyataannya, saat berpuasa, godaan untuk selalu memikirkan makanan justru lebih besar. Selama puasa, tidak sedikit yang merasa bahwa pikiran kita justru seperti tidak bisa lepas untuk memikirkan makanan. Apalagi jika televisi tak henti-hentinya menayangkan iklan makanan/minuman lezat yang sangat menggoda untuk berbuka, dan sulitnya menahan godaan makanan siap saji saat berbuka.
Soal ini, Tara mengingatkan agar kita mengalihkan fokus terhadap hal-hal lainnya selain makan. Semakin kita memikirkan makanan maka puasa akan terasa bertambah berat. Banyak sekali hal-hal lain dalam hidup yang lebih utama untuk dipikirkan terutama saat memasuki bulan puasa, ketika ibadah menjadi fokus utamanya. Hidup tidak hanya berputar dan terfokus di sekitar makanan. Ingat makanan bukanlah segalanya. “Prioritaskan hal- lain yang lebih penting dalam hidup Anda, maka konflik Anda terhadap makan akan segera hilang,” tegas Tara.
Nah, sebenarnya sederhana, kan, mengontrol diri dari makanan selama puasa? Ingat, perencanaan asupan makanan, relaksasi, utamakan makanan prioritas, dan alihkan fokus dari makanan. Selamat berpuasa!