Mungkin beberapa di antara kita ada yang sedang atau pernah melakukan diet dengan membatasi jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh, misalnya dengan cara mengurangi karbo, menghindari goreng-gorengan, puasa makan daging merah, dan lain sebagainya. Membatasi jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara tersebut mungkin terdengar sederhana, namun pada prakteknya tidak selalu semudah yang kita harapkan. Betul atau betul?
Mengapa bisa terjadi demikian? Simak lah penjelasan yang diberikan oleh psikolog LightHOUSE, Anindita Citra, M. Psi, Psikolog berikut:
Sinyal untuk makanan: panca indra VS perut
Pernah kah Anda mendadak “ngiler” ketika melihat tampilan menu yang menarik atau mencium bau masakan yang enak? Kalau pernah, mungkin pada saat itu Anda tidak sempat berpikir panjang mengenai jumlah kalorinya, namun ingin cepat-cepat makan saja. Nah, isyarat untuk makan yang berhubungan dengan panca indra memang sering kali muncul secara refleks atau di luar kesadaran. Sebabnya karena ketika kita sedang lapar, hormon gherlin akan menstimulasi otak kita, yang membuat kita jadi lebih peka dengan isyarat untuk makan.
Hal seperti ini tentunya menjadi tantangan berat bagi orang yang sedang berdiet, apalagi kalau metode diet yang dipilihnya membuatnya merasa kelaparan. Tapi jangan buru-buru berkecil hati ya, karena sebenarnya kita bisa lho melatih diri kita untuk mengabaikan sinyal untuk makan, seperti keluar air liur, menelan ludah, atau muncul keinginan yang kuat untuk makan dengan segera. Jadi, jangan selalu menturuti keinginan untuk makan ketika panca indra kita tergoda ya. Kalau Anda benar-benar lapar, perhatiakan sinyal tubuh Anda saja yang berasal dari perut.
Semakin dilarang, semakin jadi
Ketika sedang diet, kita sering memberikan pantangan atau larangan ke diri sendiri untuk mengkonsumsi makanan tertentu, dalam rangka mengurangi kalori yang masuk ke dalam tubuh. Padahal, sering kali kita malah semakin kepengen ketika dilarang. Dalam sebuah artikel, pernah ada sebuah penelitian dimana partisipan dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah partisipan yang senang makan cokelat dan dilarang untuk makan cokelat selama seminggu, sementara kelompok kedua adalah partisipan yang senang makan cokelat dan tidak dilarang untuk makan cokelat selama seminggu.
Setelah seminggu, peneliti meminta kedua kelompok partisipan untuk mecicipi cokelat. Ternyata, partisipan yang dilarang makan cokelat cenderung mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada partisipan yang tidak dilarang makan cokelat. Artinya, meskipun kita berusaha untuk mengindari makanan yang dilarang, respon kita terhadap larangan justru membuat kita menjadi semakin lepas kendali diri. Jadi, apa yang sebaiknya dilakukan? Terapkan saja manajemen kalori, contohnya jika Anda ingin makan malam di luar (arisan, reuni, resepsi, pesta ultah, dll.) yang memungkinkan Anda untuk mengkonsumsi makanan “terlarang”, maka makan pagi dan siang Anda harus dikontrol.
Akibat nila setitik, rusak susu sebelanga
Ketika ingin menurunkan berat badan, jenis makanan dan kapan saja makanan tersebut boleh dimakan biasanya sudah diatur berdasarkan metode diet yang dipilih. Menerapkan aturan yang kaku sering kali menimbulkan masalah, karena perilaku makan yang tidak mematuhi sinyal lapar yang diberikan oleh perut dapat meningkatkan resiko seseorang untuk makan secara berlebihan. Yang paling menyebalkan dari aturan diet yang kaku adalah, ketika kita melakukan pelanggaran kecil, misalnya cheating sepotong kue, dampaknya bisa merusak seluruh diet.
Meskipun dalam kehidupan nyata “icip-icip” tidak memberikan dampak yang berarti bagi berat badan, namun pelanggaran ini bisa memiliki dampak psikologis yang besar bagi pelaku diet. Penyebabnya adalah, pelanggaran diet bisa memicu emosi negatif (merasa bersalah atau stres), yang kemudian dapat memicu seseorang untuk makan secara berlebihan. Kesimpulannya, tidak perlu terlalu kaku dalam mengikuti aturan diet. Lebih baik, pahami saja bahwa ada kalanya kita kuat terhadap godaaan dan ada kalanya kita lemah terhadap godaan.
Bagi Anda yang masih menjalani diet atau berencana untuk melakukan diet, pahami lah bagaimana reaksi fisiologis dan psikologis kita ketika sedang diet untuk meningkatkan kendali diri terhadap godaan yang ada di sekeliling kita. Jangan terlalu memaksakan diri, tetapi jangan juga terlalu santai atau cepat menyerah. Diet yang sehat dan aman memang membutuhkan proses dan waktu yang tidak instan. Kalau Anda bersungguh-sungguh, pasti bisa!