Apa yang kerap membuat diet lightBUDDY berantakan? Ternyata salah satunya adalah hal sederhana berikut: tidak bisa membedakan lapar-kenyang.
Lapar terjadi ketika ada stimulus dari luar yang mengirimkan sinyal lapar ke otak melalui indera penciuman, penglihatan. Ketika kita mencium suatu aroma makanan, indra penciuman secara otomatis akan memberikan sinyal ke otak. Nah dari otak ini akan dikirimkan lagi sinyal ke mulut untuk mengeluarkan air liur yang menandakan tubuh siap untuk proses makan atau yang kita kenal dengan lapar.
Pakar dari klinik lightHOUSE Indonesia, dr. Dyani Pitra Velyani, SpKJ menyampaikan, ketika proses makan terjadi, tubuh akan memberikan negative feedback. Negative feedback ini berupa proses dalam lambung yang akan mengeluarkan zat-zat seperti glukagon, dan insulin, yang bertugas memberikan sinyal negative ke otak. Begitu juga secara hormonal, proses pencernaan yang terjadi di lambung diikuti enzim-enzim yang keluar untuk memberitahukan bahwa proses makan sudah terjadi.
Ketika insulin sudah mulai dilepaskan, kadar glukosa sudah dalam darah dan masuk ke sel-sel, tubuh akan kembali memberikan sinyal bahwa sudah memasuki proses kenyang. Dengan masuknya makanan ke lambung juga akan membuat lambung menjadi lebih lebar, hal ini juga memengaruhi saraf-saraf yang ada di lambung untuk mengirimkan sinyal kenyang ke otak.
Dengan adanya saraf yang bertugas memberikan sinyal kenyang ke otak ketika lambung mulai mekar membuat beberapa orang melakukan manipulasi otak ketika sedang berdiet. Mereka minum air putih dengan jumlah banyak dengan tujuan mengurangi rasa lapar, padahal diet seperti ini tidak disarankan. Karena bagaimanapun juga tubuh memerlukan asupan energi untuk aktivitas sehari-hari.
Ada pula sebagian orang yang memilih melakukan diet dengan mengabaikan perasaan lapar, diet jenis ini sangat tidak direkomendasikan dan cenderung akan gagal. Ketika terjadi stimulus dari luar untuk mengirimkan sinyal lapar ke otak, sinyal tersebut diabaikan. Karena diabaikan, otak tidak mendapatkan reaksi kenyang. Hal ini membuat ketika tubuh mendapatkan asupan makanan, otak memberikan sinyal bahwa tubuh membutuhkan konsumsi makanan yang lebih banyak. Hal inilah yang membuat ketika kita skip makan siang, saat jam makan malam tubuh kita akan membutuhkan lebih banyak asupan makanan.
Melatih Otak Untuk Merasa Kenyang
Proses makan merupakan proses belajar yang terjadi di otak. Ketika terjadi stimulus dari luar, tubuh diberi asupan makanan, lalu pada titik tertentu asupan makanan dihentikan karena kita mengerti asupan makanan yang dibutuhkan sudah cukup. Dengan deklarasi cukup yang kita berikan tersebut, otak juga akan belajar bahwa berapapun makanan yang kita konsumsi tersebut adalah cukup untuk membuat rasa kenyang.
Kebiasaan merasa cukup seperti inilah yang harus terus dilatih agar otak juga terbiasa untuk mengatur sinyal lapar kenyang sesuai yang kita mau. Normalnya otak butuh waktu sekitar 1 minggu untuk dapat belajar dari kebiasaan yang kita lakukan. Sebagai contoh, ketika melakukan ibadah puasa tubuh dengan sendirinya akan merasa tidak lapar karena niat yang sudah kita set di otak. Namun ketika memasuki waktu berbuka puasa, otak akan menyampaikan sinyal lapar karena kita juga sudah mengatur di otak bahwa pada jam tersebut tubuh akan menerima asupan makanan.
Mengendalikan lapar kenyang sebenarnya bukan perkara yang mudah, namun jika kita mau membiasakan diri, dan niat, otak dengan sendirinya juga akan ikut belajar menyesuaikan kebiasaan yang kita lakukan. di Klinik lightHOUSE kami memberikan pendampingan secara khusus untuk membantu pasien agar bisa memiliki kontrol diri yang tinggi.
Nah buat lightBUDDY yang memiliki masalah dalam mengendalikan lapar kenyang, sering kalap ketika makan bersama teman-teman, atau mengalami gangguan makan lainnya, silahkan datang ke klinik lightHOUSE terdekat untuk konsultasi ya! Kami juga menyediakan benefit free konsultasi untuk pasien baru.