Bahaya Obesitas: Saat Anak Gemuk Tidak Lucu Lagi - LIGHThouse Indonesia
Appointment
Appointment

Bahaya Obesitas: Saat Anak Gemuk Tidak Lucu Lagi

Anak gemuk itu lucu, cukup gizi, bahkan kerap menjadi kebanggaan dan lambang kesuksesan orangtua. Padahal, risiko obesitas pada anak tetap ada.

World Health Organization (WHO) melaporkan 1 dari 10 anak di dunia mengalami kegemukan. Selanjutnya, diperkirakan 42 juta anak di bawah lima tahun menderita kegemukan, dan 35 juta di antaranya dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi kegemukan di Indonesia mencapai 9,2% pada anak usia 6-12 tahun. Kegemukan, baik pada kelompok anak-anak maupun dewasa, meningkat hampir satu persen setiap tahunnya.

Pada tahun 2010, prevalensi secara nasional di Indonesia adalah 14,0%, terjadi peningkatan yang bermakana dibandingkan prevalensi kegemukan tahun 2007, yaitu 12,2%. Data yang mengkawatirkan ini sepertinya masih kalah dengan kebiasaan orang Indonesia yang membanggakan anak-anak gemuknya. Lucu dan lambang kemakmuran menjadi alasan mereka. Mereka lupa, obesitas pada anak dapat meningkatkan risiko diabetes melitus (DM) tipe 2.

“Selain itu, anak obesitas juga berisiko tetap mengalami obesitas saat dewasa, sehingga meningkatkan kemungkinan terkena gangguan metabolisme dan penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah,” ujar pakar dan pendiri klinik lightHOUSE dr. Grace Judio, M.Sc. Selain berbagai penyakit degeneratif, kegemukan pada anak-anak juga bisa membuat mereka rentan mengalami gangguan hormonal.

Pakar fisiologi dan konsultan kontrol berat badan ini menambahkan, “Saya gemas melihat orangtua yang selalu memberikan anak makan meski sebenarnya anak sudah cukup makan. Maka kita harus mengubah mindset tentang makan.” Menurutnya hal ini dikarenakan orang Indonesia masih banyak yang takut anaknya kelaparan dan kurang gizi. Hal inilah yang mengakibatkan mereka cenderung memaksakan anaknya untuk makan terus, padahal anak tidak lapar.

“Lihat saja di mal-mal yang ada di kota besar. Dari 10 anak pasti setidaknya ada lima yang gemuk. Ini membuat kita harus segera sadar untuk menerapkan solusinya,” tandas ahli penurunan berat badan Klinik LightHouse ini.

Lancaster, New Hampshire, USA --- A overweight mother holding the hand of her obese daughter at the Lancaster County Fair in Lancaster, New Hampshire. The World Health Organization has formally recognized a global epidemic of obesity since 1997. The United State has the highest rates of obesity in the developed world. --- Image by © Frank Siteman/Science Faction/Corbis

Lancaster, New Hampshire, USA — A overweight mother holding the hand of her obese daughter at the Lancaster County Fair in Lancaster, New Hampshire. The World Health Organization has formally recognized a global epidemic of obesity since 1997. The United State has the highest rates of obesity in the developed world. — Image by © Frank Siteman/Science Faction/Corbis

Kesadaran Orangtua
Sayangnya belum banyak orangtua yang menyadari buah hati mereka mengalami kegemukan. Spesialis anak bidang endokrin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Frida Soesanti, SpA mengatakan orangtua lebih banyak mengeluhkan gejala-gejala lain yang sebenarnya diakari oleh kegemukan.

Gejala-gejala yang banyak dilaporkan antara lain kelamin kecil atau payudara tumbuh terlalu cepat. “Mungkin dari sekitar 50 pasien yang saya temui, hanya dua yang mengeluhkan soal obesitas. Sisanya lebih mengeluhkan ke gejala-gejala lain,” paparnya.

Padahal sebenarnya gangguan-gangguan tadi berasal dari kegemukan. Selama kegemukannya tidak diatasi, maka gangguan tadi sulit untuk diatasi sendiri.

“Kegemukan memiliki banyak sekali komplikasi, dari mulai kepala hingga kaki, ada semua,” tutur dokter yang aktif sebagai pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia ini. Salah satunya diabetes mellitus (DM) tipe 2 yang biasanya menyerang orang dewasa. “Anak yang kegemukan itu tidak lagi lucu dan sehat, justru rentan terkena diabetes mellitus. Salah satu pasien saya yang berumur 10 tahun sudah mengidap diabetes tipe 2,” dia bercerita.

Frida menjelaskan, salah satu penyebab rentannya anak obesitas terkena DM tipe 2 adalah karena semakin banyaknya variasi makan yang tidak sehat. Ditambah lagi dengan kurangnya aktivitas fisik akibat terlalu asik bermain dengan gadget.

Penanganan yang Tepat
Kondisi semacam ini yang membuat dr. Grace tergerak untuk membuat buku Solusi Tanpa Stres untuk Anak Gemuk bersama Penerbit Gaia, Tabloid Nakita, dan PT Shape UP Indonesia. Buku ini dibuat untuk menjawab permasalahan obesitas anak.

Buku ini berisi panduan untuk orangtua yang memiliki anak dengan masalah berat badan, ditambah sejumlah tips praktis, panduan menu harian, dan resep-resep sehat yang telah diuji coba di dapur lightHOUSE, klinik medis untuk orangtua, remaja, dan anak-anak yang memiliki masalah berat badan.

“Saya sedih melihat beberapa pasien yang menginginkan anaknya ikut berdiet seperti orang dewasa,” ia menceritakan. Padahal, itu bukanlah penanganan yang tepat untuk mengatasi obesitas anak.

Ia menambahkan, meningkatnya kesadaran mengenai bahaya obesitas, ternyata malah berdampak pada banyaknya orangtua yang memaksa anaknya berdiet atau memberikan banyak pantangan makanan. “Orangtua stres melihat anaknya gemuk, si anak lebih stres lagi karena disuruh menurunkan berat badan dengan cara yang salah,” ujar dr. Grace.

Psikolog Keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog mengatakan Buku ini sangat menarik karena dr. Grace membahas permasalahan pola makan anak secara lengkap, mulai dari kesalahan persepsi tentang penambahan berat badan anak, menghitung target berat badan yang tepat, sampai menu makan sehat.

“Yang paling menarik buat saya sebagai seorang psikolog, dr Grace menceritakan dengan jelas mengapa kita mesti lebih sensitif terhadap kebutuhan anak, mulai dari mengenal lapar dan kenyang sampai mengenali perasaannya. Lewat buku ini, dr Grace dengan manisnya menegur pengabaian orangtua tentang berat badan anak, dan beberapa kekhawatiran orangtua yang berlebihan tentang makanan,” ujar psikolog yang akrab disapa Nina ini.

Sementara itu, dr. Frida mengatakan bahwa buku ini dapat mengubah cara pandang masyarakat kita yang seringkali salah kaprah dalam menafsirkan bahwa anak gemuk itu sehat dan imbasnya adalah lebih salah kaprah lagi dalam melakukan diet.

“Buku ini sangat kreatif dan insipiratif dengan tips-tips yang sangat praktis dan mendidik yang patut untuk diterapkan dalam keseharian kita, tidak hanya untuk anak gemuk tapi juga untuk seluruh keluarga,” ujar dr. Frida. Selain melalui buku, dr. Grace bersama klinik lightHOUSE juga mengadakan workshop lightKIDS. Workshop ini bertujuan melatih anak dan orang tua untuk mempraktekan sejumlah tips praktis untuk membenahi pola makan anak di rumah.

Pelatihan bagi orang tua meliputi problem solving, cara menghitung target berat badan yang tepat, belajar masak, mengatasi faktor penghalang pada anak. Sementara pelatihan bagi anak 7-12 akan meliputi cognitive behavioral therapy, games pengenalan nutrisi, dan kelas bersama orang tua. Pelatihan ini selain menghadirkan dr. Grace juga dibantu dengan psikolog, ahli gizi, dan chef dari lightMEALS.

Copyright © 2022 LIGHThouse. All Rights Reserved.
FAQ