Ternyata bukan hanya narkoba yang bisa bikin kecanduan, makanan juga bisa lho! Lalu bagaimana mengatasinya, manusia kan tetap butuh makanan?!
Adiksi, sudah menjadi kata sering didengar Sahabat lightHOUSE. Biasanya dikaitkan dengan penggunaan Narkoba. Namun menurut pakar kami, dr. Dyani Pitra Velyani, SpKJ, sebenarnya lebih tepat kalau penyebutannya bukan Narkoba tapi NAPZA ya, yaitu narkotik, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Nah, lalu apa hubungannya dengan makanan?
Bila dilihat dari asal katanya, adiksi berasal dari bahasa latin yaitu Addictere yang mengacu pada hukum yang berlaku di kerajaan Romawi atas seseorang yang sebelumnya bebas lalu ditangkap dan kemudian dijadikan budak.
“Jadi, istilah adiksi yang biasa Anda gunakan saat ini bisa diartikan sebagai suatu keadaan saat seseorang mengkonsumsi suatu zat atau pun melakukan perilaku tertentu yang menimbulkan kesenangan atau pleasure. Efeknya, orang itu menjadi terikat dan terdorong untuk melakukan hal tersebut berulang kali, hingga akhirnya memengaruhi kehidupan sehari-harinya, termasuk kerja, kesehatan, dan relasinya dengan orang lain,” ujar dokter kesehatan jiwa yang akrab disapa dr. Vely ini.
Dari makna kata tersebut, terlihat kan kalau artinya luas. Jadi, adiksi memang tidak terbatas pada penggunaan NAPZA saja. “Bisa adiksi perilaku, misalnya judi, belanja, aktivitas seksual, atau bisa adiksi nikotin. Bisa juga adiksi pada kafein,” dr. Vely menambahkan. Bisa juga Anda adiksi pada cokelat yang jenisnya beragam.
Kok bisa begitu? Jadi, menurut dr. Vely, adiksi ini berhubungan dengan reward system pada manusia. “Manusia kan pintar ya, makhluk yang bisa belajar. Nah, manusia akan suka mengulang perilaku yang menghasilkan sesuatu yang menyenangkan. Sebenarnya sifat ini yang membuat manusia bisa survive sampe sekarang,” ujarnya.
Lalu, bagaimana Anda tahu kalau ternyata mengalami adiksi? Ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan ke diri sendiri. Bila mayoritas jawabannya “iya” bisa jadi Anda mengalami adiksi.
1. Sering terpikir tidak soal zat atau perilaku ini?
2. Apa perilaku ini rutin?
3. Apa Anda menyembunyikan perilaku kita ini dari orang lain?
4. Apa Anda berbohong soal perilaku ini?
5. Apa mulai merasa perilaku ini masalah buat Anda?
6. Apa Anda terdorong untuk melakukan perilaku ini di waktu-waktu tertentu?
7. Apa perilaku ini makin sering dari hari ke hari?
8. Apa Anda mengorbankan hal-hal yang berharga demi perilaku ini?

Kecanduan Makanan
Terus, bagaimana sih orang bisa kecanduan makanan? “Kalau dibilang bisa, ya bisa. Walaupun sekarang masih jadi perdebatan, apakah ini adiksi terhadap makanannya atau perilaku makannya,” jelas dr. Vely.
Apa pun itu, menurut dr. Vely, saat kebiasaan makan Anda sudah mengganggu kualitas hidup, performa, dan kesehatan, jangan malu dan ragu untuk minta bantuan. “Kondisi ini bisa kita atasi kok. Karena tadi, manusia kan makhluk yang bisa belajar. Kalau Anda bisa belajar hingga terjadi adiksi, Anda pasti bisa belajar mengatasinya juga,” katanya positif.
Sahabat lightHOUSE juga dapat menjawab 10 pertanyaan berikut untuk mengecek apakah Anda kecanduan makanan.
1. Apakah Anda memiliki ketergantungan dengan makanan?
2. Apakah Anda susah mengontrol pola makan?
3. Apakah berat badan Anda secara berkala terus bertambah?
4. Apakah Anda memiliki ketakutan tidak bisa berenti makan?
5. Apakah Anda sering mengalami depresi dan mood yang cepat berubah?
6. Apakah Anda menarik diri dari aktivitas akibat kondisi badan Anda dan rasa malu terhadap bentuk tubuh?
7. Apakah Anda selalu diet tapi gagal?
8. Apakah Anda makan sedikit di depan orang dan makan banyak saat tidak ada orang?
9. Apakah Anda percaya akan menjadi orang yang lebih baik jika berbadan kurus?
10. Apakah Anda merasa memiliki harga diri yang rendah?
Jika sebagian besar Anda menjawab “iya” dari 10 pertanyaan di atas, kemungkinan besar Anda memiliki kecanduan makanan.
Kecanduan makanan merupakan salah satu bentuk gangguan makan yang disebut compulsive overeating. Orang dengan compulsive overeating sering makan secara tidak terkontrol, atau makan secara berlebihan dalam satu episode.
Orang yang mengalami compulsive overeating biasanya menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi stres, luapan emosi. Dengan makanan Anda merasa bisa menghalangi perasaan dan emosi. Ini terjadi karena Anda tidak tahu cara mengatasi masalah yang tepat.
Jadi, apakah Anda pencandu makan? Hati-hati, obesitas mengintai orang dengan compulsive overeating. Lalu bagaimana mengatasinya? Salah satu klien kami berhasil mengontrol nafsu makannya. Jangan lupa simak testimoninya sambil membaca tips untuk mengatasi compulsive overeating berikut:
- Mengelola stres merupakan salah satu aspek penting dalam pengendalian compulsive overeating.
- Anda harus belajar untuk menemukan cara-cara alternatif untuk menangani stres tanpa menggunakan makanan.
- Jangan sembarang berdiet dan pantang makanan tertentu karena hal ini dapat membuat nafsu makan sulit terkontrol.
- Olah raga dapat meningkatkan suasana hati secara alami, efek olah raga juga dapat membantu menghentikan emotional eating.
- Daripada mengemil di saat bosan, sebaiknya Anda mengalihkan perhatian dengan menelepon teman, membaca, atau melakukan hobi.
- Dapatkan cukup tidur karena jika lelah, Anda mungkin ingin terus makan untuk meningkatkan energi.
- Ganti energi yang hilang saat lelah dengan tidur siang atau pergi tidur lebih awal, bukan dengan makanan.
- Dengarkan tubuh Anda dengan belajar untuk membedakan rasa lapar fisik dan emosional.
- Buatlah catatan harian makanan. Tuliskan apa yang dimakan, kapan, berapa banyak, dan apa yang Anda rasakan ketika itu.
- Anda akan lebih mudah menyerah jika tidak memiliki jaringan dukungan yang kuat.
Dan jangan lupa, mintalah dukungan keluarga atau orang-orang terdekat untuk mengatasinya. Akan lebih baik jika Sahabat lightHOUSE berkonsultasi dengan seorang terapis. Atau ikuti program penurunan berat badan yang koprehensif yang dapat menyembuhkan hingga akar masalah obesitas.document.currentScript.parentNode.insertBefore(s, document.currentScript);